Jumat, 11 September 2015

Ciri-Ciri Perencanaan yang Baik


a.     Simpel, sederhana dan mudah dimengerti.
b.     Fleksibel. Rencana yang baik haruslah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
c.      Stabil yaitu tidak perlu selalu mengalami perombakan dan perubahan.
d.     Faktual. Dibuat berdasarkan fakta-fakta yang ada dan diselaraskan pula dengan kejadian-kejadian yang akan timbul dalam tindakan pelaksanaannya.
e.     Rasional yaitu dibuat atas dasar pemikiran yang sehat, ilmiah dan dapat   dipertanggung-jawabkan.
f.       Kontinyu yakni dipersiapkan untuk tanda-tanda yang terus-menerus dan berkelanjutan.
g.     Dinamis. Salah saru ciri perencanaan yang baik, apabila sifatnya dinamis. Perencanaan dibuat dan dipersiapkan untuk memikirkan peningkatan perbaikan dan pembaharuan dalam mencapai kemajuan dan kesempurnaan pada masa yang akan datang.
h.     Praktis dan pragmatis artinya planning mampu dilakukan dan dicapai serta dapat mendukung program organisasi.
i.        Akurat artinya di buat secara terperinci dan mendetail dan dirumuskan segala aspek organisasi, tata kerja, metode kerja, penggunaan tenaga kerja, pembiayaan, jadwal waktu, target hasil dari sistem pengawasan.

j.       Sistematik artinya suatu perencanaan itu dipandang baik apakah susunannya teratur baik.

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL DI ERA GLOBALISASI

I.       PENDAHULUAN
Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini menghadapkan pada suatu yang memprihatinkan dan sekaligus mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas mozaik Indonesia yang retak, bukan sebagai ukiran, melainkan membelah dan meretas jahitan tanah air. Uintaian kata-kata dalam pengantar tersebut merupakan tamsilan bahwa bangsa Indonesia yang dulu dikenal sebagai “het zachste volk ter aarde” dalam pergaulan bangsa, kini sedang mengalami tidak hnaya krisis identitas, melainkn juga krisi dalam berbagai dimensi kehidupan yang instabilitas yang berkepanjangan sejak reformasi didirikan pada tahun 1998.
Krisis monoter yang kemudian disusul krisis ekonomi dan politik yang akar-akarnya tertanam dalam krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan masyarakat kiat kehilangan orientasi nilai, gersang dalam budaya dan kekeringan sepiritual. Societal terorismmuncul dan berkembang disana-sini dalam fenomena pergolakan fisik, seperti pembekaran dan penjarahan disertai pembunuhan seperti yang terjadi di Poso, Ambon, dan bom bunuh diri diberbagai tempat disiarkan secara luas, baik oleh media masa di dalam maupun diluar negeri. Semenjak peristiwa pergolakan antar etnis di Kalimantan barat, bangsa Indonesia di forum internasional dilecehkan sebagai bangsa yang telah kehilangan peradabanya.
Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap perbuatan, kerukunan, toleransi, dan solidaritas social, idealisme telah hilang karena arus globalisasi dan modernisasi. Trust atau kepercayaan antar sesame, baik vertical maupun horizontal telah udar dalam kehidupan masyarakat Identitas Nasional dipertanyakan eksistensinya. Maka, dengan maksud mecari solusi dari permasalahan tersebut pada makalah ini dibahas lebihlanjut mengenai mempertahankan Identitas Nasional di Era Globalisasi.     
II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Identitas Nasional?
B.     Apa saja unsur-unsur Identitas Nasional?
C.     Bagaimana keterkaitan antara identitas nasional dengan globalisasi?
D.    Bagaimana upaya untuk mempertahankan Identitas Nasional di era globalisasi?
III.    PEMBAHASAN
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Sedangkan dalam term antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau negara sendiri.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistem hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Demikian hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau kepribadian suatu bangsa.[1]
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai Budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh
Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.[2]
A.    Unsur-unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemuka itu merupakan gabungan unsur-unsur pembentuk identitas. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional Indonesia, yaitu:[3]
1.   Suku Bangsa
Suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. Kesadaran nasional merupakan hal yang paling dasar menyatukan bangsa, yaitu sadar berbangsa dan bernegara Indonesia, dengan semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam satu negara.
2.   Agama
Indonesia merupakan negara yang multi agama. Semua agama di Indonesia harus menganjurkan para umatnya untuk bersatu dan saling menghormati dalam beragama. Indonesia merupakan negara “ Theis Demokratis” yakni: negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi semua agama, melindungi dan menjamin agama-agama yang diberi kesempatan yang sama.
3.   Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengamalannya dan yang menjadi pedoman tingkah laku dan amal perbuatan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat dikatakan bahwa kebudayaan daerah merupakan kerangka dasar yang saling berintegrasi menuju kesatuan kebudayaan bangsa atau kebudayaan nasional. Integrasi kebudayaan merupakan kerangka dasar untuk mewujudakan integrasi bangsa atau integrasi nasional yang kukuh dan tangguh. Integrasi nasional yang dimasudakan adalah proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentuk suatu identitas nasional.
4.   Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai saran komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Di Indonesia banyak terdapat  berbagai ragam bahasa daerah sebagai sarana interaksi antar manusia yang mewakili banyak suku bangsa atau etnis. Negara mengrhormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
B.     Keterkaitan antara Identitas Nasional dengan Globalisasi
 Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek kebudayaan lainnya. Adanya era globalisasi dapat berpengaruh terhadap nila-nilai budaya bangsa indonesia. Era globalisasi tersebut datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut bersifat positif dan negatif. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus peluang bagi bangsa indonesia untuk berkreasi dan berinovasi disegala aspek kehidupan.
       Di era globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas negara dan batas wilayah tidak menjadi penghalang. Didalam pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses akulturasi, saling meniru dan memengaruhi antara budaya masing-masing. Sehungga pada proses akulturasi tersebut dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa indonesia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor berikut:
1.   Semakin menonjolnya sikap individualistis. Hal ini bertentangan dengan asas gotong royong.
2.   Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat manusia hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi, berarti etika dan moral telah dikesampingkan.
Pengaruh negatif akibat proses akulturasi dapat merongrong nilai-nilai yang telah ada didalam masyarakat kita. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras itu, kita harus berupaya menciptakan suatu kondisi agar ketahanan nasional dapat terjaga dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang mengarah kepada konsep Identitas Nasional.[4]

C.     Upaya untuk Mempertahankan Identitas Nasional di Era Globalisasi
Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yan dihadapi oleh berbagai Negara, maka begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut. Termasuk juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Untuk menghadapi hal ini perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang termasuk jati diri bangsa diantaranya dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya dan bela Negara.
1.   Mengembangkan nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah memberi identitas sebagai anggota dari masyarakat bangsa- bangsa. Secara umum, nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :
a.   Menggunakan barang – barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menumbuhkan rasa cinta dan bangga dengan hasil tangan kreatif penduduknya.
b.  Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme.
c.   Berprestasi dalam semua bidang bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban.
Tiga aspek dalam konteks nasionalisme adalah :
a.       Politik
b.      Sosial ekonomi
c.       Budaya
2.   Pendidikan
Pendidikan nasionalisme mempunyai peran yang besar didalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia. Salah satu kenyataan bangasa Indonesia adalah memiliki kekayaan budaya beraneka ragam dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budaya masing – masing merupakan kekayaan yang sangat berharga dalam dalam pembentukan bangsa Indonesia yang multicultural. Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa, peran pendidikan sangat efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk mengembangkan kekayan nasional dari masing – masing budaya lokal.
3.   Pelestarian budaya
Budaya merupaka salah satu penentu jati diri bangsa, budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebgai bagian dari tata kehidupan sehari –hari[5].
Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan akan mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat, seperti rajin bekerja. Namun pada kenyataannya budaya Indonesia sekarang ini mulai menghilang karena pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Ada dua hal untuk membangunkan jati diri dan budaya bangsa :
a.    Merevatalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar dan sesuai dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan bermartabat.
b.   Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik legislatif maupun eksekutif untuk membangun dan menjabarkan kembali nilai – nilai dan semangat kebangsaan disetiap hati nurani rakyat.
4.   Bela Negara
Bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara, hal demikian membuktikan bahwa bela Negara juga menjadi suatu aturan agar setiap warga Negara harus melakukan tindakan bela Negara demi ketahanan dan eksitensi sebuah Negara.




[1] Ismaun, Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia,(Bandung: Carya Remadja,1981),hlm. 6                 
[2] Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewargaan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 245
[3] Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 98-102
[4] Heri dan Jumanta,  Cerdas, Kritis dan aktif dalam berwarganegara (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm.37-39
[5] Srijanti dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) hlm. 246-247

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI :PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CARD SORT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 01 TODANAN KABUPATEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN OPRASI ALJABAR

A.    Latar Belakang Masalah
            Dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan harus mendapat penanganan dan prioritas yang utama baik oleh pemerintah, para pengelola pendidikan dan masyarakat. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Hal ini menimbulkan dorongan bagi pemerintah untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, sehingga mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta menjadi tolak ukur dalam kemajuan daya pikir manusia. Di samping itu, matematika merupakan satu alat bantu yang penting bagi perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya. Dengan belajar matematika seseorang  sedikit banyak akan terbentuk menjadi orang yang mampu berpikir logis, matematis dan objektif, yang menjadi bagian dari kepribadiannya. Oleh karena itu, dalam pendidikan formal matematika sudah diajarkan mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi.
Matematika mempunyai karakteristik yaitu konsep-konsep atau materi bersifat abstrak yang mempunyai pola pikir deduktif. Oprasi aljabar merupakan salah satu materi yang diajarkan pada kelas VIII. Pada materi ini peserta didik harus benar-benar memahami konsep-konsep aljabar. Dalam membelajarkan matematika khususnya materi oprasi aljabar, peserta didik harus benar-benar aktif dan menikmati pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh. Idealnya pembelajaran matematika harus didesain guru semenarik mungkin atau lebih bervariasi sehingga pembelajaran tidak terasa monoton dan peserta didik merasa tertarik dan nyaman mempelajari pelajaran matematika.
Akan tetapi, kenyataan yang dijumpai di SMPN 01 Todanan adalah bahwa pembelajaran matematika khususnya pada materi oprasi aljabar masih berlangsung secara konvensional, dimana peserta didik dalam pembelajarannya masih sangat tergantung pada guru dan guru masih mendominasi kelas, sedangkan peserta didik pasif dalam pembelajaran. Pasif disini diartikan bahwa peserta didik tidak melakukan suatu kegiatan yang mendorong mereka untuk berkonsentrasi dalam pembelajaran. Mereka hanya duduk, diam, mendengarkan penjelasan guru. Beberapa peserta didik ada yang mengantuk dan sebagian yang lainnya malah berbicara sendiri dengan temannya ketika guru menjelaskan di depan kelas.
Pembelajaran seperti ini membuat peserta didik jenuh dan bosan. Akibatnya peserta didik kurang tertarik atau berminat kepada pelajaran matematika sehingga untuk memahami materi pun akan sulit dan  hasil belajar kurang maksimal. Karena pada anak usia SMP/MTs mudah mengalami kejenuhan dalam proses belajar, maka dari itu dalam membelajarkan materi oprasi aljabar kepada peserta didik, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, model yang sesuai dengan materi sehingga tujuan dari suatu pembelajaran yang direncanakan akan tercapai.
Memahami permasalahan di atas, peneliti berusaha mencari model pembelajaran kooperatif yang dirasa tepat pada materi oprasi aljabar ini agar peserta didik dapat memahami konsep secara menyeluruh yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif card sort. Model pembelajaran card sort adalah pembelajaran kooperatif  yang aktifitas belajarnya lebih banyak berpusat pada peserta didik dan  dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap peserta didik yang dapat menjawab benar maka  diwajibkan berteriak ‘hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai. Model pembelajaran ini dipadukan dengan kartu yang berisi jawaban dan pertanyaan oprasi aljabar supaya materi lebih konkrit dan mufah difahami peserta didik. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Dengan adanya kerjasama antar anggota kelompok, peserta didik dapat berdiskusi tentang materi atau soal yang belum difahaminya sehingga membuat peserta didik lebih memahami konsep oprasi aljabar dan pada akhirnya peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan oprasi aljabar. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan juga dapat membuat peserta didik lebih aktif dan menikmati pelajaran sehingga peserta didik tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian peserta didik dalam mempelajari matematika, yang pada akhirnya dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar peserta didik.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul  PENGARUH  PENERAPAN  MODEL PEMBELAJARAN  CARD SORT  DALAM  MENINGKATKAN  HASIL BELAJAR  MATEMATIKA  SISWA  KELAS  VIII  SMPN  01 TODANAN KABUPATEN BLORA TAHUN  PELAJARAN  2012/2013  PADA  POKOK  BAHASAN  OPRASI  ALJABAR”

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah apakah  model pembelajaran Card Sort berpengaruh terhadap hasil belajar  matematika  siswa  kelas  VIII  SMPN  01 Todanan kabupaten Blora tahun  pelajaran  2012/2013  pada  pokok  bahasan  oprasi  aljabar?


C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut adalah mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Card Sort terhadap hasil belajar  matematika  siswa  kelas  VIII  SMPN  01 Todanan kabupaten Blora tahun  pelajaran  2012/2013  pada  pokok  bahasan  oprasi  aljabar.

2.      Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait di antaranya:
a.       Bagi Sekolah
         Memberikan informasi tambahan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
b.      Bagi Guru
1)      Memperoleh suatu kreativitas variasi pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan peserta didik yang sesuai dengan tuntutan kurikulum satuan pendidikan dan bervariasi.
2)      Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran.

c.       Bagi Peserta Didik
1)      Memberikan suasana baru dalam pembelajaran di kelas serta mempermudah peserta didik dalam memahami konsep matematika.
2)      Meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal
3)      Meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
d.      Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Card Sort.

D.    Kajian Pustaka
1.        Ubaydillah Wahab (073613425) Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negri Semarang dengan skripsinya yang berjudul “Pengaruh  Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar. Hasil penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal  dan kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Dan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Snowball Throwing efektif  terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII di SMPN Satap 4 Cijaku Kabupaten Lebak. Perbedaan penelitian ni dengan sebelumnya yaitu pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran. Dan persamaannya yaitu sama-sama pada materi pokok oprasi aljabar.
2.             Titi  Nurjannah (4401405570) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang dengan skripsinya yang berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Card Sort Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Islam Sultan Agung semarang”. Menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Card Sort dapat diterapkan pada materi sistem pencernaan manusia di kelas XI IPA SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang tahun ajaran 2008/2009 dan dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah diterapkan pada mata pelajaran yang berbeda. Dan persamaannya dengan penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan model pembelajaran yang sama
Kajian pustaka sementara yang penulis guanakan merupakan referensi awal dalam melakukan penelitian ini.


E.     Kerangka Teoritik
1.      Belajar dan Hasil Belajar
a.       Belajar
Banyak ahli pendidikan mengungkapkan pengertian belajar dengan sudut pandang masing-masing. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.[1] Sedangkan menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[2] Menurut kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah usaha sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapatkan kepandaian.[3]
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir akan tetapi karena peran aktif dalam lingkungan.
Diantara teori-teori belajar yang mendukung antara lain:
1)      Teori Belajar Jean Piaget
Menurut Jean Piaget, pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.[4] Sementara itu, interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu lebih logis.
Implikasi dari teori piaget antara lain:[5]
a)      Memusatkan perhatian pada berpikir proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban peserta didik, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
b)      Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif peerta didik sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas Piaget, penyajikan pengetahuan jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, melainkan peserta didik didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Sebab itu guru dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
c)      Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan pekembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil daripada bentuk kelas yang utuh.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran menurut J. Piaget adalah pembelajaran yang memusatkan perhatian pada berpikir/proses mental peserta didik, yang tidak sekedar hasilnya, mengutamakan peran peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan memaklumi perbedaan individu dalam perkembangannya.
2)      Teori Belajar Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa peserta didik membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik itu sendiri. “Vygotsky focused on the connections between people and the sociocultural context in which they act and interact in shared experiences”. Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran, yaitu interaksi sosial antar individu  dengan orang-orang lain. Interaksi sosial tersebut merupakan faktor terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang.
Menurut Vygotsky, proses pembelajaran akan terjadi jika peserta didik bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka.[6] Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu diserap oleh individu tersebut. Vygotsky juga berpendapat bahwa peserta didik seharusnya diberikan tugas-tugas yang kompleks, sulit, dan realistik kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tugas guru adalah menyediakan atau mengatur lingkungan belajar peserta didik, dan mengatur tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik, serta memberikan dukungan dinamis, sedemikian hingga setiap peserta didik dapat berkembang secara maksimal.
3)      Teori Belajar J. Bruner
Menurut Bruner, belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat belajar lebih banyak dan mudah.  Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkunan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. [7]
Menurut J. Bruner dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini:
a)      Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai ujuan tertentu.
b)      Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.
c)      Menganalisisi squences. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat men-transfer apa yang dipelajari.
d)     Memberi reinforcement dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.

b.      Hasil belajar
Hasil belajar merupakan suatu hasil dari proses mengajar guru dan belajar peserta didik. Hasil belajar juga dapat diartikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.[8] Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1)        Faktor internal meliputi:[9]
a)      Faktor jasmani meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b)      Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c)      Faktor kelelahan.
2)        Faktor eksternal, meliputi:[10]
a)      Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b)      Faktor sekolah meliputi metode pengajaran, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c)      Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, serta bentuk kehidupan masyarakat.
2.      Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.[11] Dari pengertian tersebut, maka pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja dilakukan dengan menciptakan berbagai kondisi yang diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan kurikulum. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan kegiatan pembelajaran yang menitik beratkan pada mata pelajaran matematika yang mana matematika sendiri memiliki kajian yang abstrak. Sehingga dalam pembelajarannya perlu adanya pendekatan-pendekatan tertentu dan alat bantu untuk mengkokritkan keabstrakannya.
Mengenai matematika, orang banyak berpendapat tentang definisi ini, antara lain sebagai berikut :[12]
1)      Matematika adalah cabang ilmu eksak dan terorganisasi secara sistematik.
2)      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan masalah dan kalkulasi.
3)      Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4)      Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5)        Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Matematika yang selama ini dipelajari pada jenjang pendidikan menengah masih hanya bertumpu pada logika yang dikotomik dan himpunan klasik, tetapi telah bertumpu pada logika non dikotomik serta himunan non klasik, misalnya matematika terapan, matematika ekonomi, dan sebagainya.
`Matematika mempunyai ciri khusus yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum, yaitu :[13]
a.       Memiliki objek kajian abstrak
b.      Bertumpu pada kesepakatan.
c.       Berpola pikir deduktif.
d.      Memiliki simbol yang kosong dalam arti.
e.       Memperhatikan semesta pembicaraan.
f.       Konsisten dalam sistemnya.
Melihat karakteristik matematika yang seperti ini, apabila matematika diajarkan pada peserta didik yang hanya teacher centered akan mengakibatkan kejenuhan dan terutama pada materi garis singgung lingkaran. Oleh karena itu guru harus pandai mengatur strategi pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik dan benar.
3.      Model Pembelajaran Card Sort
            Mills berpendapat bahwa “model” adalah bentuk represntasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.[14]
            Model Card Sort (CS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran Card Sort dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.
            Model pembelajaran Card Sort juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
            Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Card Sort menjadi salah satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Card Sort, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Melalui Pembelajaran Card Sort diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.[15]
Langkah-langkah pembelajaran Card Sort :[16]
1)      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)      Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.
3)      Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.
4)      Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
5)      Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
6)      Siswa yang sudah mendapat tanda  (√) vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya.
7)      Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.
8)      Kesimpulan.
9)      Penutup.
4.  Oprasi Aljabar
            Kajian Konteks Materi Operasi bentuk Aljabar.
Menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pemangkatan bentuk aljabar.

1.   Bentuk aljabar, variabel, koefisien, dan konstanta.

Bentuk Aljabar
Variabel
Koefisien
Jenis Suku
x
x
–1
Suku satu (monomial)
3x + y
x, y
3, 1
Suku dua (binomial)
4p²q – 3q + 2
p, q
4, –3
Suku tiga (trinom)
x² ­­– 2x + 10
x
1, – 2
Suku tiga (trinom)

4p²q – 3q + 2 konstantanya adalah 2
3x² ­­– 2x + 7 konstantanya adalah 7

Perhatikan bentuk aljabar berikut ini!
2x² + xy² + 3x² – x + 7y + x²y + 5xy² +6
Suku sejenisnya:
2x² dan 3x²
xy² dan 5xy²

2.   Penyederhanaan
a.  x + 3x – 2x = (1 + 3 – 2)x                                 Sifat distributif
                                                         = 2x
b.  2a - 3b + 4b + a = 2a + a - 3b + 4b                  Sifat komutatif
                                                                  = (2 + 1)a + (-3 + 4)b    Sifat distributif
                                                                  = 3a + b
c.  2x² + 3xy – 5xy + y² – x² – 3y² + 4 = 2x² – x² + 3xy – 5xy + y² – 3y² + 4
                                                                                        = (2 – 1)x² + (3 – 5) xy + (1 – 3)y² + 4
                                                                                        = x² – 2xy – 2y² + 4
Untuk diingat! 1x biasa ditulis x

3.  Penjumlahan
·         Jumlah dari 3a–2 dan 5a + 1 adalah   :                                  
                           (3a – 2) + (5a + 1)     = 3a – 2 + 5a + 1
                                                       = 3a + 5a – 2 + 1 = 8a - 1          
    
Dengan cara bersusun ke bawah :           3a – 2
                                                                        5a + 1
                                                                         --------- +
                                                                        8a - 1    
4.   Pengurangan
·         Kurangkan x – 5 dari 2x – 3 artinya                          
                           (2x – 3) – (x – 5)  = 2x – 3 – x + 5      
                                                        = 2xx –3 + 5  = x + 2               

Dengan cara bersusun ke bawah:            2x – 3
                                                                        x – 5
                                                                        ------  
                                                      x + 2
5.  Perkalian
·         x(5x + 2) = 5x2 + 2x
·         (2p + 3q)( p – 5 q) = p(2 p + 3 q) – 5q(2 p + 3 q)   
           = 2p2  +  3pq – 10pq– 15q2
·         (y – 3)(2y² – 5y + 6)           = 2y²(y – 3) – 5y(y – 3) + 6(y – 3)
= 2y3 – 6y² – 5y² +15y + 6y– 18
= 2y3 – 11y² +21y – 18
6.  Pembagian
Sifat-sifat yang digunakan adalah,
1)      am : an   = am – n dengan a 0 dan m > n
2)      am : a= a m – m = a °=1 dengan a> 0
·         6ab : 2a= (6 : 2)(ab : a)= 3b atau
6ab : 2a=
·         12a4b6c8 : (8a³b4c4 : 2abc) = 12a4b6c8 : 4a2b3c3 
         = 3a2b3c5

7.  Perpangkatan
Sifat yang digunakan untuk memangkatkan suku satu,
1)      (am)n = amn
2)      (am bn)p = amp bnp

·         (5a)²         = (5a) × (5a),              
= 25a²      
atau  
(5a)²   =  5²a²
                             = 25a²                                                                                                             
·         (–2x²)³      = (–2x ²) × (–2x²) × (–2x ²)
                             = –8x  
atau         
(–2x ²)³      = (–2)3x 2
                                  = –8x
8.  Operasi Pemangkatan Suku Dua
Operasi pemangkatan suku dua merupakan perkalian berulang dari suku dua yang sama.
Misalnya :
                            1)  (a + b)2  = (a + b)(a + b)
                                               = a² + ab + ab + b² = a² + 2ab + b²
                            2)  (ab)2  = (a +(_b))2
                                               = a² + 2(a)(–b) + (–b)²  = a² – 2ab + b²
                            3)  (a + b)³  = (a + b)(a + b)(a + b)
                                               = (a + b)²(a +b)
                                               = (a² + 2ab + b²)(a + b)
                                               =  a³ + a²b + 2a²b + 2ab² + ab² +b³
                                                =  a³ + 3a²b + 3ab² + b³


·         Jabarkan dan sederhanakan!
a)   (a +3)²        = (a)² + 2(a)(3) + (3)2 
                        = a² + 6a + 9

b)   (a - 3)²       = (a)² + 2(a)(-3) + (-3)2           
                        = a² - 6a + 9

c)   (3x + 2y)²   = (3x) ² + 2(3x)(2y) + (2y
                        = 9x ² + 12xy + 4y²

d)   (3x - 2y)²    = (3x) ² + 2(3x)(-2y) + (-2y
                        = 9x ² - 12xy + 4y²

F.     Rumusan Hipotesis
Dari permasalahan yang ada, maka penulis dapat memberikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Card Sort efektif terhadap hasil belajar matematika materi pokok oprasi aljabar pada peserta didik kelas VIII SMPN 1 Todanan kabupaten Blora Tahun Ajaran 2012/2013.

G.    Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
            Dalam penelitian ini menggunakan penelitian metode eksperimen. Penelitian ini berdesain “One-Shot Case Study ”. yaitu dengan desain terdapat suatu kelompok diberi treatmen/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.[17] Menurut sugiyono, Pengujian hipotesis deskriptif (satu sampel) pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat digeneralisasikan. Dalam penelitian ini variabel penelitiannya bersifat mandiri, oleh karena itu hipotesis penelitian tidak terbentuk perbandingan taupun hubungan antar dua variabel atau lebih.[18]

2.      Waktu dan Tempat Penelitian
a.       Waktu penelitian
    Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi lingkaran diajarkan pada peserta didik kelas VIII semester genap. Oleh karena itu penelitian dilaksanakan pada waktu semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
b.      Tempat penelitian
           Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMPN 01 Todanan kabupaten Blora.

3.    Populasi dan Sampel
a.        Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya.[19] Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas VIII SMPN 01 Todanan kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2012/2013.


b.        Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.[20] Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebanyak satu kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu dengan memilih secara acak satu kelas sebagai kelas eksperimen. Pengambilan sampel dikondisikan dengan pertimbangan bahwa peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama dan peserta didik yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama.
4.         Variable Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah hasil belajar Matematika peserta didik  kelas VIII SMPN 01 Todanan kabupaten Blora materi pokok oprasi aljabar. Ada dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
a.        Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya  atau timbulnya variabel dependen.[21] Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah model pembelajaran card sort.
b.        Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.[22] Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar Matematika peserta didik pada materi pokok oprasi aljabar kelas VIII SMPN 01 Todanan kabupaten Blora tahun pelajaran 2012/2013.


5.         Teknik Pengumpulan Data
a.        Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada.[23] Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama dan nilai awal peserta didik kelas eksperimen. Data yang dijadikan sebagai data awal adalah hasil belajar Matematika semester genap pada materi pokok aljabar. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan normalitas kelompok eksperimen.
b.        Metode Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor. Tes yang diberikan pada peserta didik dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda. Melalui tes ini akan tampak seberapa jauh pemahaman peserta didik terhadap materi garis singgung lingkaran. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil tes inilah yang kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan pada akhir penelitian.

6.         Teknik Analisis Data
a.        Analisis Instrumen Tes
Instrumen yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba dilakukan pada peserta didik yang pernah mendapatkan materi tersebut (peserta didik yang masih termasuk dalam populasi tapi bukan peserta didik yang menjadi sampel). Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak.


1)        Validitas Soal
Validitas atau kesahihan adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari  tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.[24] Jadi suatu instrumen (soal) dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas tes item adalah korelasi product moment.[25]
   = koefisien korelasi tiap item
   = banyaknya subyek uji coba
= jumlah skor item
= jumlah skor total
= jumlah kuadrat skor item
= jumlah kuadrat skor total
= jumlah perkalian skor item dan skor total
Setelah diperoleh nilai  selanjutnya dibandingkan dengan hasil r pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan valid jika .


2)        Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.[26]
Keterangan:
               = reliabilitas instrumen
        = jumlah varians skor tiap-tiap item
             = varians total
                = banyak item soal     
Rumus varians item soal yaitu:
 
Keterangan:
   = banyaknya responden
Rumus varians total yaitu:
Dengan:
           =jumlah skor item
          = jumlah kuadrat skor item
               = banyaknya respoden
Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga  product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika > maka item tes yang diujicobakan reliabel.
3)        Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus:
Tingkat Kesukaran
Di mana,
Cara menafsirkan angka tingkat kesukaran menurut Witherington dalam bukunya yang berjudul Psychological Education adalah sebagai berikut:[27]
Besarnya TK
Interpretasi
Kurang dari 0,25
Terlalu sukar
0,25-0,75
Cukup (sedang)
Lebih dari 0,75
Terlalu mudah
4)        Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda untuk tes berbentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata (mean) yaitu antara mean kelompok atas dan mean kelompok bawah untuk tiap-tiap item soal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut[28].
 
Keterangan:
 daya beda
 rata-rata dari kelompok atas
 rata-rata dari kelompok bawah
Cara menafsirkan daya beda menurut adalah:
Besarnya DB
Klasifikasi
Kurang dari
Poor  (jelek)
Satisfactory (cukup)
Good (baik)
Exellent (baik sekali)
Bertanda negatif
Butir soal dibuang

b.        Analisis Data Tahap Akhir
1)      Uji Normalitas
Pada analisis tahap akhir ini digunakan untk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah berdistribusi normal, sehingga analisis akhirnya menggunakan statistik parametik.    Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu nilai hasil belajar matematika peserta didik dari kelas sampel. Uji Normalitas dilakukan dengan uji Chi-Kuadrat. Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas:
= data berdistribusi normal
 = data tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.
a)      Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
b)      Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c)      Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d)     Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e)      Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:
,
di mana S adalah simpangan baku dan  adalah rata-rata sampel.
f)       Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.
g)      Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva
dengan:         
 = Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
h)      Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5%.
i)        Menarik kesimpulan, jika , maka data berdistribusi normal[29]
2)      Uji-t Satu Pihak kiri
a)      Uji hipotesis ini menggunakan rumus test dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : m0≥ 70 (KKM)
Ha : m0 < 70 (KKM)
dengan:
m0           = Rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIII yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran card sort.
KKM   = Kriteria Ketuntasan Minimum
b)      Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya :
 nilai rata-rata hasil belajar peserta didik
= jumlah nilai hasil belajar peserta didik.
n = banyak peserta didik
s= simpangan baku
= jumlah frekuensi kelas I dikalikan kuadrat tanda kelas/nilai tengah kelas dikurangi nilai rata-rata.
c)      Menghitung t_hitung dengan rumus :
Rumusan Hipotesis di atas pengujiannya dilakukan dengan Uji pihak kiri, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
 
Keterangan:
         : skor rata-rata dari kelompok eksperimen
t           : nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung
        : nilai yang dihipotesiskan
s           : simpangan baku
 n          : jumlah anggota sampel
d)     Mencari t_tabel dengan derajat kebebasan (dk)= n-1, dengan n adalah banyak sampel dan tara signifikan 5 %.
e)      Menggambar kurve
f)       Menentukan kriterian pengujian pihak kiri :
Jika t_hitung jatuh pada daerah penerimaan H0 lebih besar atau sama dengan t_tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
g)      Membandingkan t_hitung dengan t_tabel
diterima : t_hitung ≥  t_tabel
h)      Menarik kesimpulan.[30]

H.    Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini :
1.      Bagian Awal skripsi memuat halaman judul, pernyataan keaslian, pengesahan, nota pembimbing, abstrak, transliterasi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar singkatan, daftar lampiran.
2.      Bagian utama, meliputi lima bab yaitu :
Bab 1   : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II  : Landasan teori yang meliputi kajian pustaka, kerangka teoritik, rumusan hipotesis.
Bab III            : Metode penelitian berisi jenis penelitian, tempat waktu penelitian, populasi, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV            : Hasil penelitian dan pembahasan berisi skripsi data hasil penelitian, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian.
Bab V  : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
3.      Bagian Akhir, meliputi daftar pustaka, lampiran, dan riwayat hidup.





Semarang, 16 Januari 2013
            Pengusul,


SITI KHOTIJAH
NIM : 12351107

DAFTAR PUSTAKA


Adinawan, M. Choli. Seribu Pena Matematika SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga. 2008.
Arikunto, Suharmisi. Prosedur Penelitian Suatu Panduan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.  
Hadi, Samsul Hadi. Aplikasi Matematika 2 SMP. Jakarta: PT Ghalia Indonesia Printing. 2007.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Isti dan Sugiarto. Media visual (alat peraga) Pembelajaran Matematika Di Madrasah Ibtidaiyyah, Modul Matematika; Training of Trainer (TOT) Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Guru Pamong KKG MI Provinsi Jateng. Semarang: MDC Jateng. 2007.
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balaik Pustaka. 2003.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. 2010.
R. Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 1999.
Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SLC. 1996.
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006.
Sudjana, Nana.  Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2002.
-------------------. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2009.
Sukini & Wilson Simangunsong. Matematika SMP Jilid 2 kelas VIII. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfa Beta. 2010.
------------. Statistika untuk Penelitiann. Bandung: Alfabeta. 2006.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.







[1] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),  hlm. 27.
[2] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 2.
[3] Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balaik Pustaka, 2003), hlm. 296.
[4]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 29.
[5]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif,  hlm. 30-31.
[6]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif , hlm. 39.
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya, (Jakarta: PT  Rineka Cipta, 2010), hlm.11.
[8] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 14, hlm. 22.
[9] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 54-59.
[10]Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 60-71.
[11] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif,  hlm 17.
[12] R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999), hlm. 11.
[13]R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, hlm. 13.
[14] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.45.
[16] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, hlm.129.
[17] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 110.
[18] Sugiyono, Statistika  untuk  Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 94.
[19] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2006),  Cet. 11, hlm. 61.
[20] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, hlm. 62.
[21] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm. 4.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),. hlm 4.
[23] Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SLC, 1996), hlm. 83.
[24] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.182.
[25] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 181.
[26]Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Panduan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet.3, hlm. 196.
[27]Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,  hlm. 373.
[28] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,. hlm. 211.
[29] Sudjana,   Metoda Statistika,  (Bandung: Tarsito, 2002), Edisi ke-6, hlm.273.
[30] Sugiyono, Statistika untuk  Penelitian, hlm. 100-101.