Kamis, 29 Januari 2015

Agama Islam dan Hubungan antar Agama



I.                   PENDAHULUAN
Al-Quran diturunkan pada Nabi Muhammad untuk membangun umat islam, mengatur masyarakat, merawat hati nurani, akhlak, dan akal pikiran. Juga untuk membingkai batas-batas hubungan masyarakat antar sesamanya, hubungan daulah Islam dengan dunia internasional, dan hubungan umat Islam dengan bangsa-bangsa di dunia. Disamping itu untuk mengikat semua di semua ikatan, menghimpun yang terpisah, mempersatukan bagian-bagiannya, dan mengikatkan semuanya pada sumber, kekuasaan, arah yang satu.
Maka tuhan menciptakan manusia dengan berbagai keunggulan baik dari segi akal, jiwa, dan raga. Namun disamping semua itu, ada banyak hal yang menimbulkan berbagai perbedaan pendapat atau ketimpangan serta semua pemahaman bahwa perbedaan pendapat dan pemahaman yang berbeda itu indah.
Dalam makalah ini penulis akan bahas mengenai  agama dan hubungan antar agama, dan bagemana Islam menempatkan itu semua akan dijelaskan pada ayat-ayat Al-Quran dibawah ini. Yangmana Al-Quran yang menjadi sumber dari ajaran Islam.

II.                RUMUSAN  MASALAH
A.    Apa makna Din dan Islam?
B.     Bagaimana kedudukan Islam diantara agama lain?
C.    Apa makna ahl-kitab dalam Al-Quran?
D.    Bagaimana Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan, hubungan agama Islam dengan agama lain?

III.             PEMBAHASAN
A.    Makna Din dan Islam Dalam Al-Qur’an
Kata din mempunyai banyak arti, antara lain kedudukan, ketaatan, perhitungan, balasan. Juga berarti agama, karena dengan agama seseorang bersikap tunduk dan taat, serta akan diperhitungkan seluruh amalnya, yang atas dasar itu mereka mendapat balasan dan ganjaran. Islam  (Arab: al-islām, الإسلام  "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.  Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab:  الله, Allāh).  Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan" ,  atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.[1]
Surat yang berhubungan dengan pembahasan ini ialah pada surat Ali Imran ayat 19 dan 85, bisa dilihat pada sub bab tentang ayat-ayat yang berkenaan mengenai tema makalah ini.
B.     Kedudukan Islam Diantara Agama Lain
Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakan revolusi dunia dan mengubah nasib sekalian bangsa , agama yang melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.
Posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya:
1.                   Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekalian agama besar didunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh allah, beriman kepada para nabi dan kitab suci dari semua bangsa dan agama islam mencakup segala agama didunia dengan kitab sucinya alquran yang merupakan gabungan dari semua kitab suci didunia ( kitab taurat, zabur dan injil yang murni )
Di dalam Alquran dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman, misalnya suruh albaqarah ayat 4
والذين يؤمنون بما أنزل اليك وما أنزل من قبلك
“ Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau “

2.      Islam adalah agama yang terakhir dan merupakan pernyataan kehendak ilahi yang sempurna.
Di dalam Alquran disebutkan

اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسﻻم دينا
“ Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku meridhoi islam sebagai agamamu
3.      Agama islam memiliki tugas yang besar yaitu:
a.       Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia
b.      Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya
c.       Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukan kedalam agamanya itu
d.      Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tidak pernah diajarkan
e.       Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4.      Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru dan didalamnya terdapat unsur pembaruan. Dalam hal ini paling kurang ada 2 hal:
a.       Agama islam harus diperlakukan sebagai sebuah ilmu, dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi lagi.
b.      Ruang lingkup agama islam mencakup kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
5.      Posisisi agama islam terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran islam, yaitu akomodatif dan persuasif.
Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai adanya kebiasaan masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya , sedangkan daging kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Upaya yang dilakukan dengan cara persuasif misalnya islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada larangan meminum minuman keras. Dalam proses pelarangan itu, Islam menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya, kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya. Setelah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.
6.      Hubungan islam dengan agama-agama lain dapat dilihat pada ajaran moral yang ada didalamnya dan konsep gender yang terdapat pada masing-masing agama.[2]
Mengenai surat yang berhubungan dengan pembahasan ini yaitu pada surat Al Maidah ayat 69.
C.     Makna Ahl Kitab dalam Al-Quran
Kata Ahl Al-Kitab terulang di dalam Al-Qur'an sebanyak tiga puluh satu kali. Ahli Kitab (أهلالكتاب′Ahl al-Kitāb) adalah sebutan bagi umat Yahudi dan Nashrani di dalam Al-Qur'an. Dinamakan demikian karena Allah telah mengutus nabi-nabi yang membawa kitab suci yaitu Taurat melalui Nabi Musa dan Injil melalui Nabi Isa. Ahl al-Kitab adalah orang-orang yang tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang terdapat pada kitab Zabur, Taurat, dan Injil sesudah Al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Disamping itu ada tiga pendapat mengenai pengertian Ahl A l- Kitab yaitu :
1.      Imam Syafi’I memahami istilah Ahl Al-Kitab, sebagai orang-orang Yahudi dan Nasrani keturunan orang-orang Israel, tidak termasuk orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, karena nabi Musa dan nabi Isa hanya diutus kepada mereka bukan bangsa-bangsa lain.
2.      Imam Abu Hanifah dan mayoritas ahli hukum menyatakan bahwa siapa pun yang mempercayai salah seorang nabi, atau kitab yang pernah diturunkan Allah maka ia termasuk Ahl Al-Kitab, tidak tebatas pada penganut agama Yahudi dan Nasrani.
3.      Sekelompok kecil ulama salaf berpendapat bahwa setiap umat memiliki kitab yang dapat diduga sebagai kitab suci maka mereka dicakub dalam pengertian Ahl Al-Kitab.[3]
Dengan kedatangan Nabi Muhammad dan diturunkannya Al-Quran, ahli kitab ini ada yang menerima dan ada yang menolak kerasulan Muhammad maupun kebenaran Al-Quran dari Allah. Penafsiran secara umum diterima bahwa kitab-kitab sebelum datangnya Islam adalah Taurat, Zabur dan Injil. Dalam masalah penyembelihan hewan qurban, bila dilakukan ahli kitab; dihalalkan, asalkan niatnya hanya untuk Allah semata.[4]
D.    Ayat- Ayat Yang Berhubungan Dengan, Hubungan Agama Islam dengan Agama Lain
1.      Ali Imran Ayat 19:
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: http://sphotos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/148345_469479182857_5168938_n.jpg


a.      Terjemah
“Sesungguhnya agama (yang disyariatkan) di sisi Allah adalah Islam. Tidak berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
b.      Asbabun Nuzul
Al-Kalabi ra.mengakatan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan dua orang pendeta Nasrani Najran, ketika keduanya datang ke Madinah untuk menemui Mhammad SAW, yang dikatakan sebagai Rasul terakhir. Setelah mereka bertemu dengan Rasul SAW.,mereka mendapati bahwa kota Madinah dan sifat-sifat yang ada pada diri Muhammad SAW, sama persis dengan apa yang ada pada kitab mereka. Lalu mereka bertanya kepada Rasul SAW, tentang syahadah yang paling agung dalam kitab Allah. Sebagai jawabannya, Allah lalu menurunkan ayat ini. Mereka pun akhirnya masuk islam. (HR.ats-Tsa’labi. Lihat al-‘Ujab fi Byan al-asbab: 2/668).[5]
c.       Penafsiran
Sesungguhnya agama yang disyariatkan di sisi Allah adalah Islam. Agama atau ketaatan kepada-Nya, ditandai oleh penyerahan diri kepada Allah swt. Islam dalam arti penyerahan diri adalah hakikat yang ditetapkan Allah dan diajarkan oleh para nabi sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw.
Ayat ini menurut Ibn Katsir mengandung pesan dari Allah, bahwa tidak ada agama di sisi-Nya, dan yang diterima-Nya dari seorangpun kecuali Islam, yaitu mulai dari mengikuti rasul-rasul yang diutus-Nya setiap saat hingga berakhir dengan Muhammad saw. Dengan kehadiran beliau, semua jalan menuju Allah telah tertutup kecuali jalan dari arah beliau artinya dengan menganut satu agama selain yang disyariatkan beliau sampaikan, maka tidak diterima oleh Nya.[6]
2.      Ali Imran Ayat 85

Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: 3:85

a.      Terjemah
“Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima dirinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
b.      Asbabun Nuzul
Ibnu Abbas ra. Berkata,”suatu ketika, Harist bin Suwaid yang masuk Islam, kembali murtad. Setelah itu, ia menyesal dan mengutus seseorang, ‘Tanyakan kepada Rasulullah, apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?’ Maka turunlah ayat ini, lalu ia kembali pada islam. “ (Hadis sahi, riwanyat Nasa’I, Ibnu Hibban dan Hakim).[7]
c.       Penafsiran
Inilah hakikat yang diperingatkan kepada semua pihak yang enggan patuh seperti kepatuhan yang dijelaskan di atas. Barang siapa mencari agama selain Islam, yakni ketaatan kepada Allah mencakup ketaatan kepada syariat yang telah ditetapkan Nya yang intinya adalah keimanan akan keesaan-Nya, mempercayai para rosul, mengikuti dan mendukung mereka tunduk serta patuh pula akan ketentuan-ketentuan Nya yang berkaitan dengan alam raya yang intinya adalah penyerasian dengan seluruh mahluk dalam sistem yang ditetapkan-Nya. Maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya, artinya adalah seseorang yang patuh atau tunduk pada selain Allah hingga kematiannya maka kelak di akhirat termasuk orang-orang yang rugi, karena amalnya ketika di dunia tidak akan ditrima Allah swt. Walaupun amal-amal itu baik dan bermanfat untuk manusia.

3.      Surat Ali Imran ayat 113-115:
Description: Description: Description: Description: 3:113
Description: Description: Description: Description: 3:114

a.      Terjemah
“Mereka itu tidak sama di antara Ahl al-Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud”.
“Mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka menyuruh kepada yang       makruf, dan mencegah yang munkar dan bersegera (mengerjakan) pelbagai kebijakan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”.
b.      Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul kedua ayat ini, jadi satu di Ali-Imron ayat 115.
c.       Penafsiran
“Mereka itu tidak sama di antara Ahl al-Kitab” disini bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sama sifat dan kelakuan mereka terhadap Allah dan manusia,“di antara Ahl al-Kitab ada golongan yang berlaku lurus” golongan yang dimaksudkan disini bahwa golongan yang menerima dan melaksanakan secara sempurna tuntunan Nabi mereka sehingga bersedia untuk percaya kepada kebenaran dan mengamalkan nilai-nilai luhur. Ini disebabkan karena “mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud” yakni tunduk atau patuh menjalankan ibadah Shalat. Mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian, sehingga nampak buahnya dalam perilaku mereka, terbukti mereka tidak termasuk dalam kelompok orang yang durhaka, mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah yang munkar dan bersegera artinya mereka tidak bermalas-malasan seperti orang orang yang munafik apalagi mengabaikan seperti orang-orang kafir, mengerjakan berbagai kebijakan mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. Mereka itu termasuk orang-orang yang jujur lagi lurus keberagamaanya dan mereka memelihara nilai-nilai luhur yang sudah diamanahkan oleh Allah.
Pada umumnya ulama-ulama tafsir memahami bahwa kelompok Ahl al-Kitab yang dimaksud di atas adalah kelompok Ahl al-Kitab yang yang memeluk agama islam. Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi bahkan menjadikan penutup ayat 113 di atas sebagai bukti bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi yang telah masuk Islam, bisa dilihat bahwa orang Yahudi yang tidak mengenal shalat melakukan shalat malam dan bersujud. Sebab hanya orang islam lah yang melakukan shalat malam.
Kendati demikian tidak mutlak memahami kata sujud pada ayat di atas dalam arti shalat. Sujud dapat juga diartikan tunduk atau patuh. Karena itu ada juga ulama yang memahami ayat di atas. Berbicara tentang Ahl- al-Kitab baik Yahudi maupun Nasrani, yang belum memeluk islam tetapi mereka adalah orang-orang yang jujur, melaksanakan tuntutan agama mereka dengan benar.[8]
4.      Ali Imran ayat 115:
Description: Description: Description: Description: 3:115
a.      Terjemah
Dan apa saja kebijakan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dikufuri dan    Allah mengeathui orang-orang yang bertakwa.
b.      Asbabun Nuzul
 berkata,” suatu hari, Abdullah bin Salllamra., Tsa’labah bin Syu’bah ra., Usain bin Abd ra., dan beberapa orang Yahudi lainnya yang telah beriman dan membenarkan islam. Para pendeta Yahudi dan sebagaian orang kafir dari mereke pun bekata, ‘Hanya dari orang bodoh-bodoh dari kaum kami yang beriman kepada Muhammad. Jikapandai,mereka pasti akan takkan meninggalkan agama nenek moyang dan memilih agama lain. ‘Maka turu ayat ini,”(HR. ibnu Abi Hatim, Thabrani, dan Ibnu Mandah). [9]
c.       Penafsiran
      Muhammad Thahir Ibn ‘Asyur mayoritas ulama membaca ayat di atas dengan ( wa ma taf alu),yakni apa saja yang kamu kerjakan. Berbeda dengan bacaan imam-imam qira’at Hamzah, al-Kisa’I dan Hafsh yang membacanya (wa ma yaf’alu) yang terjemahannya apa saja yang mereka kerjakan.
Jika kita membaca ayat tersebut seuai bacaan mayoritas, maka ayat ini tidak ditunjukan kepada Ahl-Kitab, tetapi kaum muslimin. Sedang apabila dibaca dengan bacaan kedua, maka ayat ini berbicara tentang Ahl-Al kitab yang berlaku lurus yaitu golongan yang berlaku lurus dan mengamalkan nilai-nilai luhur. Terhadap mereka dan tentu terhadap kaum muslimin juga dinyatakan juga apa saja amal sleh yang mereka kerjakan mereka syukuri dan diberi balasn. Jika hal itu mereka lakukan dengan iman, maka mereka mendapat balasan duniawi dan ukhrawi, karena denan demikian mereka termasuk orang yang bertaqwa dan Allah maha mengetahui orang orang yang bertaqwa.[10]      .  
5.      Al-Baqarah ayat 133
Description: Description: Description: Description: Description: Description: F:\index.jpg





a.      Terjemah
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya,”apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab,”Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq(yaitu) Tuhan yang maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepadanya.
b.      Asbabun Nuzul
                  Pada surat ini penulis sudah mencari beberapa referensi, namun tidak di temukan asbabun nuzulnya.
c.       Penafsiran
Ayat ini diarahkan kepada orang Yahudi, ketika mereka bertanya kepada Rasulullah saw, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa Yakub di hari-hari kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahudi? Maka turunlah ayat ini yang membantah ucapan itu.
Ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi bahwa mengapa mereka berani mengucapkan yang demikian. Apakah mereka hadir ketika Yakub berwasiat, sehingga mereka mengatakan Yakub beragama Yahudi atau Nashrani? Tidak, mereka tidak menghadirinya, karena itu janganlah mengada-ada, mengatakan sesuatu yang tidak ada, seperti mengatakan Ibrahim beragama Yahudi atau Nashrani, dan sebagainya. Yang diwasiatkan Yakub kepada putranya ialah agar mereka menyembah Allah, Tuhan yang maha esa, agar mereka menganut agama islam, agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, Isa dan yang dianut para Nabi.
6.      Al-Baqoroh Ayat 221
Description: Description: Description: Description: Description: Description: F:\2_221.png








a.       Terjemah 

Dan janganlah kamu nikahi perempuan Musyrik, sebelum mereka beriman. Sunggguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya, (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.[11]

b.      Asbabun nuzul
Oleh Al-Wahidy diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a. sebagai berikut:”Rasulullah SAW telah mengutus Marsad Al Ganawi pergi ke Mekkah guna menjemput sejumlah kaum muslimin yang masih tertinggal di sana untuk hijrah ke Madinah. Kedatangan Marsad ke Makkah itu terdengr oleh seorang wanita musyrik bernama ‘anaq, yaitu teman lama Marsad sejak zaman jahiliyah. Dia adalh seorang perempuan yang cantik. Semenjak Marsad hijrah ke Madinah, mereka belum pernah berjumpa. Oleh sebab itu, setelah ia mendengar kedatangan Marsad ke Makkah ia segera menemuinya. Perempuan itu memintanya supaya mengawininya, tetapi abu marsad belum amu mengabulkan permintaan itu dan berjanji terlebih dahulu menanyakannya kepda Rasulullah SAW di Madinah. Sesampainya di Madinah ditanyakannya hal itu kepada Rasulullah, maka berdasarkan kasus tersebut turunlah ayat ini.[12]
c.       Penafsiran
Kalimat walaa tankihu pada awal ayat ini artinya janganlah kamu nikahi atau janganlah kamu kawini. Pelarangan ini dihadapkan olehAllah SWT kepada sekalian kaum muslimin secara umum tanpa ada kucuali. Ulama berbeda pendapat tentang perempuan musryik yang haram dinikahi itu. Sebgian mengatakan bahwa yang haram dinikahi itu hanyalah perempuan kafir penyembah berhala. Demikian keterangan qatadah. Adapula yang menerangkan bahwa yang dimaksud dengan musyrik disini adalah umum, bukan saja musyrik penyembah berhala tetapi juga termasuk ahli kitab, seperti orang yahudi dan nasrani karena mereka juga termasuk golongan musyrik, seperti firman Allah dalan al-Qur’an “orang yahudi berkata, uzair anak Allah dan orang nasrani berkata isa al masih adalah anak Allah.” Seain itu yang berpendapat bahwa ayat diatas menasakhan ayat dalam surat al-Maidah yag menghalalkan menikahi wanita ahli kitab.
”Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya,”
Maksudnya perintah kepada wli muslimat supaya jangan menikahkan wanitanya kepada laki-laki yang musyrik betapapun cantiknya, kaya dan gagahnya mereka itu sampai mereka beriman. Biarpun laki-laki itu budak, rendah pangkatnya dalam dunia ini, atau buruk rupanya tidak mempunyai dan sebagainya, tetapi adalah lebih baik apabila kamu nikahkan wanita-wanita kamu dengan mereka daripada kamu nikahkan dengan laki-laki musyrik. Dengan demikian maksud dari dua pelarangan ini adalah kaum muslimin tidak boleh mengadakan perhubungan perkawinan dengan orang musyrik, baik mengambil atau diambil. [13]

Kewajiban orang-orang yahudi sabiin, nasrani, dan siapa saja untuk beriman kepada agama dan rasul terakhir. Segmen ini diakhiri dengan memberikan penjelasan akhir tentang din (agama)yang ditrima oleh Allah, apapun sifat dan identitas serta pegangan mereka sebelum diutusnya nabi terakhir. Yakni, din yang mempertemukan orang-orang yang berbeda agama dan alirannya sepanjang perjalanan sejarah.

7.      Al-Maidah:69

Description: Description: Description: Description: Description: Description: F:\5_69.png
a.      Terjamah
      Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiindan orang-orang Nasrani, siapasaja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
          Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada Muhammad SAW, percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah. (QS. Al-Maidah:69)
b.      Asbabun nuzul :
                               Diriwayatkan oleh ibnu mardawaih dan diya’ dari ibnu abbas bahwa ayat ini diturunkan pada masa permulaan islam dan masa permulaan rasul diprintahkan allah melakukan dakwah secara umum sebagian mufassir memandang, bahwa printah allah kepada rasul untuk melakukan dahwah tersebut secara khussus kepada ahli kitab dan yang harus di sampaikan itu ialah yang dikandung oleh ayat berikut ini. Selanjutnya menurut ibnu mardawai, ibnu abbas berkata: rasulullah ditanya, “ayat manakah yang turun dari langit yang sanagt berat bagimu. “rasuullah berkata, “aku sedang berada di mina pada suatu musim sedang orang-orang musyrik arab dan masyarakat awam berkumpul pada musim tersebut. Maka datanglah kepadaku jibril membacakan ayat ini. Kata tadi,”lantas aku berdiri di akobah lalu menyeru,”wahai sekalian manusia siapakah diantaramu yang menolong aku untuk menyampaikan amanat-amanat tuhankau dan kamu akan memperoleh surga.
                               Hai sekalian manusia  katakan lah tidak ada tuhan melainkan allah dan aku (muhammad) adalah utusan allah kepadamu niscaya kamu akan berbahagia, dan kamu memperoleh surga.” Kata nabi,” tidak ada seorangpun baik laki-laki maupun perempuan, baik hamba sahaya perempuan dan anak-anak kecil, melainkan semua mereka itu melempariku dengan tanah dan batu sambil bertriak” pendusta yang murtad. “kemudian muncullah seseorang dan berkata, hai muhammad jika engkau rasullulah maka sudah sampailah waktunya engkau mendoakan kecelakaan atas mereka itu sebagaimana nabimu mendoakan kecelakaan atas kaumnya. Maka berkata rasullah, “ hai tuhanku berilah petunjuk kaumku ini, karena mereka tidak mengetahui dan tolonglah aku supaya mereka mengikuti ajakan-ajakanku agar mereka taat kepadamu.” Kemudian datanglah Abbas paman rasul menolongnya dan mengusir orang-orang itu.[14]

c.       Tafsiran
                    Alladhina amanu ialah orang-orang muslim. Alladhina haduu ialah oarang yahudi. Assobiun pada umumya adalah golongan penyembah berhala sebelum diutusnya Rasullulah SAW. Dan orang-orang yang menyembah allah saja tanpa mengikuti agama tertentu. Orang seperti ini banyak terdapat di kalangan bangsa arab juga sedangkan annasoro ialah para pengikut Nabi Isa Allaihissalam.
                             Ayat ini menetapkan bahwa apapun agamanya, sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada allah dan hari akhir serta melakukan amal soleh menurut pemahaman yang tersirat dan tersurat dalam ayat-ayat lain bahwa mereka melakukan hal itu menurut ajaran yang di bawa oleh rosul terakhir maka mereka akan selamat, “maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. “tidaklah membahayakan bagi mereka keadaan mereka sebelumnya dan nama-nama serta identitas-identitas mereka terdahulu. Karena yang penting adalah identitas mereka yang terakhir.
                                Apa yang kita tetapakan sebagai pemahaman tersirat dari ayat ini adalah termasuk “sesuatu yang dimaklumi dan dengan pasti dalam agama”.di antara kejelasan akidah ini iayalah bahwa Nabi Muhamad SAW adalah penutup para nabi. Beliau di utus kepada seluruh manusia. Semua manusia meskipun berbeda-beda aliran, agama, kepercayaan, kebangsaan, dan tanah airnya diseru untuk beriman kepada agama yang di bawa oleh rasul terakhir sesuai dengan ajaran yang di bawanya baik yang umum maupun terperinci.
                                Orang yang tidak mengimaninya sebagai rasul, tidak mengimani ajaran yang di bawanya secara global ataupun terperinci, maka ia adalah orang yang sesat dan tidak akan ditrima oleh allah agama terdahulu yang masih di peluknya. Ia tidak termasuk kelompok orang yang di sinyalir allah dengan firmanya, “Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”.
              Inilah hakikat prinsipil yang sudah dimaklumi secara pasti dari agam yang tidak boleh disembunyikan atau ditutup-tutupi oleh orang yang benar-benar muslim, didalam menghadapi realitas jahiliyah yang besar tempat manusia hidup. Ini adalah hakikat yang orang muslim tidak boleh lupa menegakkan hubungannya dengan seluruh warga bumi, dari berbagai pemeluk agama dan aliran. Maka, tekanan jahiliah tidak boleh menjadikannya mengangap salah satu agama atau aliran ini seperti beragama dengan agama yang diridhoi Allah, lantas ia bekerjasama dengannya dan memberikan loyalitas kepadanya.
                                Sesunggunya wali atau penolong itu hanyalah Allah seperti tercantum dalam surat Al-Maidah Ayat 56,” barang siapa yang menjadikan Allah, rasulnya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang”, bagemana kondisi lahiriah semua urusan. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal soleh, dengan prinsip bahwa hanya islam ini satu-satunya agama yang di trima Allah maka dia tidak akan mersa takut dan bersedih hati. Mereka tidak merasa takut di dunia dan akhirat. Mereka tidak bersedih hati melihat kuatnya kebatilan dan kejahiliahan yang bertumpuk-tumpuk. Mereka tidak khawatir terhadap dirinya yang beriman dan beramal solehmereka pun tidak bersedih hati.[15]
IV.             ANALISIS
Posisi Islam diantara agama-agama lain tampak bersifat adil, obyektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil, ajaran Islam mengakui peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada didunia. Dengan sifatnya yang obyektif, Islam memperbaiki dan meluruskan ajaran-ajaran agama yang salah dan tersesat.Dengan bersifat proporsional, Islam memberikan perhatian terhadap ajaran agama yang tidak seimbang. Islam adalah agama yang terbuka, mau berkompromi dan berdialog dengan agama lain. Dengan sifatnya yang demikian ini, Islam telah tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.
Setiap ajaran agama-agama tersebut memiliki perbedaan yang berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni peribadatan.Terhadap hal ini masing-masing agama dianjurkan untuk saling menghargai dan menghormati.
Islam adalah agama perdamaian, jauh dari sikap bermusuhan dan bukan agama kaum teroris. Terjadinya pertentangan antara satu agama dengan agama lain sebagaimana terlihat dalam sejarah, sama sekali bukan disebabkan karena faktor agama, melainkan karena faktor-faktor lain yang mengatasnamakan agama. Hal seperti ini harus segera dicegah dan dikembalikan kedalam situasi yang merperlihatkan keharmonisan hubungan antara agama-agama yang ada didunia. Selain hal-hal diatas yang paling utama di buat acuan dan al-hadis yang menjadi suber ajaran islam.
V.                KESIMPULAN
Sesungguhnya agama islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin. Agama  yang dapat memberikan rahmat bagi ummat manusia. Bukan agama yang cinta akan kekerasan. Mekipun berlainan agama agama kita tidak menganjurkan untuk saling bertengkar ataupun membenarkan pendapatnya sendiri. Berawal dari hal tersebutlah kita sebagai umat muslim harus bisa bersikap sebagaimana yang telah Al-Quran telah ajarkan kepada kita.
Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai adanya kebiasaan masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya , sedangkan daging kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Upaya yang dilakukan dengan cara persuasif misalnya islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada larangan meminum minuman keras. Dalam proses pelarangan itu, Islam menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya, kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya. Setelah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.
VI.             PENUTUP

Demikian makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa mkalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang konstrutif sangat kami harapkan demi kebaikan pada pembuatan makalah kami selanjutnya.akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.


[3] Ahsin W. Al Hafidz, Kamus Ilmu AL Quran, (Jakarta : Amzah,2008),  hlm 9.
[4] Ahmad  hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm 112
[5] Ahmad  hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009),  hlm  52.
[6] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati,2002), hlm  40.
[7] Ahmad  hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm  61.
[8] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati,2002), hlm 190-191.
[9]Ahmad  hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm 64
[10] Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati,2002), hlm 192.





[11] DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya, (Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm.326-328.
[12] Ahmad  hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm.95.
[13] DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya, (Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm 209.
[14]DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya, (Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm.203