I.
PENDAHULUAN
Al-Quran diturunkan pada Nabi Muhammad untuk membangun umat islam, mengatur
masyarakat, merawat hati nurani, akhlak, dan akal pikiran. Juga untuk membingkai batas-batas hubungan
masyarakat antar sesamanya, hubungan daulah Islam dengan dunia internasional,
dan hubungan umat Islam dengan bangsa-bangsa di dunia. Disamping itu untuk
mengikat semua di semua ikatan, menghimpun yang terpisah, mempersatukan
bagian-bagiannya, dan mengikatkan
semuanya pada sumber, kekuasaan, arah yang satu.
Maka tuhan menciptakan manusia
dengan berbagai keunggulan baik dari segi akal, jiwa, dan raga. Namun disamping
semua itu, ada banyak hal yang menimbulkan berbagai perbedaan pendapat atau
ketimpangan serta semua pemahaman bahwa perbedaan pendapat dan pemahaman yang
berbeda itu indah.
Dalam makalah ini penulis akan
bahas mengenai agama dan hubungan antar
agama, dan bagemana Islam menempatkan itu semua akan dijelaskan pada ayat-ayat Al-Quran
dibawah ini. Yangmana Al-Quran yang menjadi sumber dari ajaran Islam.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa makna Din dan Islam?
B.
Bagaimana kedudukan
Islam diantara agama lain?
C.
Apa makna ahl-kitab dalam Al-Quran?
D.
Bagaimana Ayat-Ayat
yang Berhubungan dengan, hubungan agama Islam dengan agama lain?
III.
PEMBAHASAN
A.
Makna Din dan Islam Dalam Al-Qur’an
Kata din mempunyai banyak arti, antara lain
kedudukan, ketaatan, perhitungan, balasan. Juga berarti agama, karena dengan
agama seseorang bersikap tunduk dan taat, serta akan diperhitungkan seluruh
amalnya, yang atas dasar itu mereka mendapat balasan dan ganjaran. Islam (Arab:
al-islām, الإسلام "berserah
diri kepada Tuhan")
adalah agama
yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang
pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di
dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله,
Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal
dengan sebutan muslim
yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan" , atau lebih lengkapnya adalah muslimin bagi
laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan
meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad
adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.[1]
Surat yang
berhubungan dengan pembahasan ini ialah pada surat Ali Imran ayat 19 dan 85,
bisa dilihat pada sub bab tentang ayat-ayat yang berkenaan mengenai tema
makalah ini.
B.
Kedudukan Islam Diantara Agama Lain
Islam adalah agama yang terakhir diantara
sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang
menggerakan revolusi dunia dan mengubah nasib sekalian bangsa , agama yang
melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.
Posisi Islam
terhadap agama-agama yang datang sebelumnya:
1.
Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman
dan mempercayai bahwa sekalian agama besar didunia yang datang sebelumnya
diturunkan dan diwahyukan oleh allah, beriman kepada para nabi dan kitab suci
dari semua bangsa dan agama islam mencakup segala agama didunia dengan kitab
sucinya alquran yang merupakan gabungan dari semua kitab suci didunia ( kitab
taurat, zabur dan injil yang murni )
Di dalam Alquran dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam
mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman,
misalnya suruh albaqarah ayat 4
والذين يؤمنون
بما أنزل اليك وما أنزل من قبلك
“ Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada
engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau “
2.
Islam adalah agama yang terakhir dan merupakan
pernyataan kehendak ilahi yang sempurna.
Di dalam
Alquran disebutkan
اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت عليكم
نعمتي ورضيت لكم الاسﻻم دينا
“ Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku
lengkapkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku meridhoi islam sebagai agamamu
3.
Agama islam memiliki tugas yang besar yaitu:
a.
Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk
persaudaraan diantara sekalian agama di dunia
b.
Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam
agama yang telah ada sebelumnya
c.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat
oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukan kedalam agamanya
itu
d.
Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya
tidak pernah diajarkan
e.
Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani
bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4.
Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti
yang baru dan didalamnya terdapat unsur pembaruan. Dalam hal ini paling kurang
ada 2 hal:
a.
Agama islam harus diperlakukan sebagai sebuah
ilmu, dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan perbuatan
bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi lagi.
b.
Ruang lingkup agama islam mencakup kehidupan
dunia dan kehidupan akhirat.
5.
Posisisi agama islam terhadap agama-agama lain
dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran islam, yaitu akomodatif dan
persuasif.
Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan
memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai
adanya kebiasaan masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para
dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan
oleh islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa
syukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya , sedangkan daging
kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Upaya yang dilakukan dengan cara persuasif misalnya islam melihat
adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang
lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu
tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan
secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut
benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat
pada larangan meminum minuman keras. Dalam proses pelarangan itu, Islam
menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya,
kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya.
Setelah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu
pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.
6.
Hubungan islam dengan agama-agama lain dapat
dilihat pada ajaran moral yang ada didalamnya dan konsep gender yang terdapat
pada masing-masing agama.[2]
Mengenai surat yang berhubungan
dengan pembahasan ini yaitu pada surat Al Maidah ayat 69.
C.
Makna Ahl
Kitab dalam Al-Quran
Kata Ahl
Al-Kitab terulang di dalam Al-Qur'an sebanyak tiga puluh satu kali. Ahli
Kitab (أهلالكتاب′Ahl al-Kitāb) adalah sebutan bagi umat Yahudi dan Nashrani
di dalam Al-Qur'an.
Dinamakan demikian karena Allah telah mengutus nabi-nabi yang membawa kitab
suci yaitu Taurat
melalui Nabi Musa
dan Injil
melalui Nabi Isa.
Ahl al-Kitab adalah orang-orang yang tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran
yang terdapat pada kitab Zabur, Taurat, dan Injil sesudah Al-Qur’an diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Disamping itu ada tiga pendapat mengenai pengertian
Ahl A l- Kitab yaitu :
1.
Imam Syafi’I
memahami istilah Ahl Al-Kitab, sebagai orang-orang Yahudi dan Nasrani keturunan
orang-orang Israel, tidak termasuk orang-orang yang menganut agama Yahudi dan
Nasrani, karena nabi Musa dan nabi Isa hanya diutus kepada mereka bukan
bangsa-bangsa lain.
2.
Imam Abu
Hanifah dan mayoritas ahli hukum menyatakan bahwa siapa pun yang mempercayai
salah seorang nabi, atau kitab yang pernah diturunkan Allah maka ia termasuk
Ahl Al-Kitab, tidak tebatas pada penganut agama Yahudi dan Nasrani.
3.
Sekelompok
kecil ulama salaf berpendapat bahwa setiap umat memiliki kitab yang dapat
diduga sebagai kitab suci maka mereka dicakub dalam pengertian Ahl Al-Kitab.[3]
Dengan
kedatangan Nabi Muhammad dan diturunkannya Al-Quran,
ahli kitab ini ada yang menerima dan ada yang menolak kerasulan Muhammad maupun
kebenaran Al-Quran dari Allah. Penafsiran secara umum diterima bahwa
kitab-kitab sebelum datangnya Islam adalah Taurat, Zabur dan Injil. Dalam masalah
penyembelihan hewan qurban, bila dilakukan ahli kitab; dihalalkan, asalkan
niatnya hanya untuk Allah semata.[4]
D.
Ayat- Ayat Yang Berhubungan Dengan, Hubungan
Agama Islam dengan Agama Lain
1.
Ali Imran Ayat 19:
a.
Terjemah
“Sesungguhnya
agama (yang disyariatkan) di sisi Allah adalah Islam. Tidak berselisih
orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
b.
Asbabun Nuzul
Al-Kalabi ra.mengakatan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan dua
orang pendeta Nasrani Najran, ketika keduanya datang ke Madinah untuk menemui
Mhammad SAW, yang dikatakan sebagai Rasul terakhir. Setelah mereka bertemu
dengan Rasul SAW.,mereka mendapati bahwa kota Madinah dan sifat-sifat yang ada
pada diri Muhammad SAW, sama persis dengan apa yang ada pada kitab mereka. Lalu
mereka bertanya kepada Rasul SAW, tentang syahadah yang paling agung dalam
kitab Allah. Sebagai jawabannya, Allah lalu menurunkan ayat ini. Mereka pun
akhirnya masuk islam. (HR.ats-Tsa’labi. Lihat al-‘Ujab fi Byan al-asbab:
2/668).[5]
c.
Penafsiran
Sesungguhnya agama yang
disyariatkan di sisi Allah adalah Islam. Agama atau ketaatan kepada-Nya,
ditandai oleh penyerahan diri kepada Allah swt. Islam dalam arti penyerahan
diri adalah hakikat yang ditetapkan Allah dan diajarkan oleh para nabi sejak
nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw.
Ayat ini
menurut Ibn Katsir mengandung pesan dari Allah, bahwa tidak ada agama di
sisi-Nya, dan yang diterima-Nya dari seorangpun kecuali Islam, yaitu mulai dari
mengikuti rasul-rasul yang diutus-Nya setiap saat hingga berakhir dengan
Muhammad saw. Dengan kehadiran beliau, semua jalan menuju Allah telah tertutup
kecuali jalan dari arah beliau artinya dengan menganut satu agama selain yang
disyariatkan beliau sampaikan, maka tidak diterima oleh Nya.[6]
2.
Ali Imran Ayat
85
a.
Terjemah
“Barang siapa
mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima dirinya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
b.
Asbabun Nuzul
Ibnu Abbas ra. Berkata,”suatu ketika, Harist bin Suwaid yang masuk
Islam, kembali murtad. Setelah itu, ia menyesal dan mengutus seseorang,
‘Tanyakan kepada Rasulullah, apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk
bertaubat?’ Maka turunlah ayat ini, lalu ia kembali pada islam. “ (Hadis sahi,
riwanyat Nasa’I, Ibnu Hibban dan Hakim).[7]
c.
Penafsiran
Inilah hakikat
yang diperingatkan kepada semua pihak yang enggan patuh seperti kepatuhan yang
dijelaskan di atas. Barang siapa mencari
agama selain Islam, yakni
ketaatan kepada Allah mencakup ketaatan kepada syariat yang telah ditetapkan
Nya yang intinya adalah keimanan akan keesaan-Nya, mempercayai para rosul,
mengikuti dan mendukung mereka tunduk serta patuh pula akan ketentuan-ketentuan
Nya yang berkaitan dengan alam raya yang intinya adalah penyerasian dengan
seluruh mahluk dalam sistem yang ditetapkan-Nya. Maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya, artinya
adalah seseorang yang patuh atau tunduk pada selain Allah hingga kematiannya
maka kelak di akhirat termasuk orang-orang yang rugi, karena amalnya ketika di
dunia tidak akan ditrima Allah swt. Walaupun amal-amal itu baik dan bermanfat
untuk manusia.
3.
Surat Ali Imran ayat 113-115:
a.
Terjemah
“Mereka itu
tidak sama di antara Ahl al-Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka
bersujud”.
“Mereka
beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah yang munkar dan
bersegera (mengerjakan) pelbagai kebijakan; mereka itu termasuk orang-orang
yang saleh”.
b.
Asbabun
Nuzul
Asbabun nuzul
kedua ayat ini, jadi satu di Ali-Imron ayat 115.
c.
Penafsiran
“Mereka itu
tidak sama di antara Ahl al-Kitab” disini bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak sama sifat dan kelakuan mereka terhadap Allah dan manusia,“di antara Ahl
al-Kitab ada golongan yang berlaku lurus” golongan yang dimaksudkan disini
bahwa golongan yang menerima dan melaksanakan secara sempurna tuntunan Nabi
mereka sehingga bersedia untuk percaya kepada kebenaran dan mengamalkan
nilai-nilai luhur. Ini disebabkan karena “mereka membaca ayat-ayat Allah pada
beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud” yakni tunduk atau patuh
menjalankan ibadah Shalat. Mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian,
sehingga nampak buahnya dalam perilaku mereka, terbukti mereka tidak termasuk
dalam kelompok orang yang durhaka, mereka menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah yang munkar dan bersegera artinya mereka tidak bermalas-malasan
seperti orang orang yang munafik apalagi mengabaikan seperti orang-orang kafir,
mengerjakan berbagai kebijakan mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”.
Mereka itu termasuk orang-orang yang jujur lagi lurus keberagamaanya dan mereka
memelihara nilai-nilai luhur yang sudah diamanahkan oleh Allah.
Pada umumnya
ulama-ulama tafsir memahami bahwa kelompok Ahl al-Kitab yang dimaksud di atas
adalah kelompok Ahl al-Kitab yang yang memeluk agama islam. Syekh Mutawalli
asy-Sya’rawi bahkan menjadikan penutup ayat 113 di atas sebagai bukti bahwa
yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi yang telah masuk Islam, bisa dilihat
bahwa orang Yahudi yang tidak mengenal shalat melakukan shalat malam dan
bersujud. Sebab hanya orang islam lah yang melakukan shalat malam.
Kendati
demikian tidak mutlak memahami kata sujud
pada ayat di atas dalam arti shalat. Sujud dapat juga diartikan tunduk atau
patuh. Karena itu ada juga ulama yang memahami ayat di atas. Berbicara tentang
Ahl- al-Kitab baik Yahudi maupun Nasrani, yang belum memeluk islam tetapi
mereka adalah orang-orang yang jujur, melaksanakan tuntutan agama mereka dengan
benar.[8]
4.
Ali Imran ayat 115:
a.
Terjemah
Dan apa saja
kebijakan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dikufuri dan Allah mengeathui orang-orang yang bertakwa.
b.
Asbabun
Nuzul
berkata,”
suatu hari, Abdullah bin Salllamra., Tsa’labah bin Syu’bah ra., Usain bin Abd
ra., dan beberapa orang Yahudi lainnya yang telah beriman dan membenarkan
islam. Para pendeta Yahudi dan sebagaian orang kafir dari mereke pun bekata,
‘Hanya dari orang bodoh-bodoh dari kaum kami yang beriman kepada Muhammad.
Jikapandai,mereka pasti akan takkan meninggalkan agama nenek moyang dan memilih
agama lain. ‘Maka turu ayat ini,”(HR. ibnu Abi Hatim, Thabrani, dan Ibnu
Mandah). [9]
c.
Penafsiran
Muhammad Thahir Ibn ‘Asyur mayoritas ulama
membaca ayat di atas dengan ( wa ma taf alu),yakni apa saja yang kamu kerjakan.
Berbeda dengan bacaan imam-imam qira’at Hamzah,
al-Kisa’I dan Hafsh yang membacanya (wa ma yaf’alu) yang terjemahannya apa saja yang mereka kerjakan.
Jika kita
membaca ayat tersebut seuai bacaan mayoritas, maka ayat ini tidak ditunjukan
kepada Ahl-Kitab, tetapi kaum muslimin. Sedang apabila dibaca dengan bacaan
kedua, maka ayat ini berbicara tentang Ahl-Al kitab yang berlaku lurus yaitu
golongan yang berlaku lurus dan mengamalkan nilai-nilai luhur. Terhadap mereka
dan tentu terhadap kaum muslimin juga dinyatakan juga apa saja amal sleh yang
mereka kerjakan mereka syukuri dan diberi balasn. Jika hal itu mereka lakukan
dengan iman, maka mereka mendapat balasan duniawi dan ukhrawi, karena denan
demikian mereka termasuk orang yang bertaqwa dan Allah maha mengetahui orang
orang yang bertaqwa.[10] .
5.
Al-Baqarah ayat 133
a.
Terjemah
Apakah
kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada
anak-anaknya,”apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab,”Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail, dan
Ishaq(yaitu) Tuhan yang maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepadanya.
b.
Asbabun Nuzul
Pada
surat ini penulis sudah mencari beberapa referensi, namun tidak di temukan
asbabun nuzulnya.
c.
Penafsiran
Ayat ini diarahkan kepada orang Yahudi, ketika mereka bertanya
kepada Rasulullah saw, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa Yakub di hari-hari
kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahudi? Maka
turunlah ayat ini yang membantah ucapan itu.
Ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi bahwa
mengapa mereka berani mengucapkan yang demikian. Apakah mereka hadir ketika
Yakub berwasiat, sehingga mereka mengatakan Yakub beragama Yahudi atau
Nashrani? Tidak, mereka tidak menghadirinya, karena itu janganlah mengada-ada,
mengatakan sesuatu yang tidak ada, seperti mengatakan Ibrahim beragama Yahudi
atau Nashrani, dan sebagainya. Yang diwasiatkan Yakub kepada putranya ialah
agar mereka menyembah Allah, Tuhan yang maha esa, agar mereka menganut agama
islam, agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, Isa dan yang dianut
para Nabi.
6.
Al-Baqoroh Ayat 221
“
a.
Terjemah
Dan janganlah kamu nikahi perempuan Musyrik, sebelum mereka
beriman. Sunggguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada
perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan
orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada
laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,
sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya, (Allah)
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.[11]
b.
Asbabun nuzul
Oleh Al-Wahidy diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a. sebagai berikut:”Rasulullah
SAW telah mengutus Marsad Al Ganawi pergi ke Mekkah guna menjemput sejumlah
kaum muslimin yang masih tertinggal di sana untuk hijrah ke Madinah. Kedatangan
Marsad ke Makkah itu terdengr oleh seorang wanita musyrik bernama ‘anaq, yaitu
teman lama Marsad sejak zaman jahiliyah. Dia adalh seorang perempuan yang
cantik. Semenjak Marsad hijrah ke Madinah, mereka belum pernah berjumpa. Oleh
sebab itu, setelah ia mendengar kedatangan Marsad ke Makkah ia segera
menemuinya. Perempuan itu memintanya supaya mengawininya, tetapi abu marsad
belum amu mengabulkan permintaan itu dan berjanji terlebih dahulu menanyakannya
kepda Rasulullah SAW di Madinah. Sesampainya di Madinah ditanyakannya hal itu
kepada Rasulullah, maka berdasarkan kasus tersebut turunlah ayat ini.[12]
c.
Penafsiran
Kalimat walaa tankihu pada awal ayat ini artinya janganlah kamu
nikahi atau janganlah kamu kawini. Pelarangan ini dihadapkan olehAllah SWT
kepada sekalian kaum muslimin secara umum tanpa ada kucuali. Ulama berbeda
pendapat tentang perempuan musryik yang haram dinikahi itu. Sebgian mengatakan
bahwa yang haram dinikahi itu hanyalah perempuan kafir penyembah berhala.
Demikian keterangan qatadah. Adapula yang menerangkan bahwa yang dimaksud
dengan musyrik disini adalah umum, bukan saja musyrik penyembah berhala tetapi
juga termasuk ahli kitab, seperti orang yahudi dan nasrani karena mereka juga
termasuk golongan musyrik, seperti firman Allah dalan al-Qur’an “orang yahudi berkata, uzair anak Allah dan
orang nasrani berkata isa al masih adalah anak Allah.” Seain itu yang
berpendapat bahwa ayat diatas menasakhan
ayat dalam surat al-Maidah yag menghalalkan menikahi wanita ahli kitab.
”Sungguh, hamba sahaya laki-laki
yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya,”
Maksudnya perintah kepada wli muslimat supaya jangan menikahkan
wanitanya kepada laki-laki yang musyrik betapapun cantiknya, kaya dan gagahnya
mereka itu sampai mereka beriman. Biarpun laki-laki itu budak, rendah
pangkatnya dalam dunia ini, atau buruk rupanya tidak mempunyai dan sebagainya,
tetapi adalah lebih baik apabila kamu nikahkan wanita-wanita kamu dengan mereka
daripada kamu nikahkan dengan laki-laki musyrik. Dengan demikian maksud dari
dua pelarangan ini adalah kaum muslimin tidak boleh mengadakan perhubungan
perkawinan dengan orang musyrik, baik mengambil atau diambil. [13]
Kewajiban orang-orang yahudi sabiin, nasrani, dan siapa saja untuk beriman kepada
agama dan rasul terakhir. Segmen ini
diakhiri dengan memberikan penjelasan akhir tentang din (agama)yang ditrima oleh
Allah, apapun sifat dan identitas serta pegangan mereka sebelum diutusnya nabi
terakhir. Yakni, din yang mempertemukan orang-orang yang berbeda agama dan
alirannya sepanjang perjalanan sejarah.
7.
Al-Maidah:69
a.
Terjamah
Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiindan orang-orang Nasrani,
siapasaja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Orang-orang
mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah
Termasuk iman kepada Muhammad SAW, percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan
yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah. (QS. Al-Maidah:69)
b.
Asbabun nuzul
:
Diriwayatkan oleh ibnu mardawaih dan
diya’ dari ibnu abbas bahwa ayat ini diturunkan pada masa permulaan islam dan
masa permulaan rasul diprintahkan allah melakukan dakwah secara umum sebagian
mufassir memandang, bahwa printah allah kepada rasul untuk melakukan dahwah
tersebut secara khussus kepada ahli kitab dan yang harus di sampaikan itu ialah
yang dikandung oleh ayat berikut ini. Selanjutnya menurut ibnu mardawai, ibnu
abbas berkata: rasulullah ditanya, “ayat manakah yang turun dari langit yang
sanagt berat bagimu. “rasuullah berkata, “aku sedang berada di mina pada suatu
musim sedang orang-orang musyrik arab dan masyarakat awam berkumpul pada musim
tersebut. Maka datanglah kepadaku jibril membacakan ayat ini. Kata tadi,”lantas
aku berdiri di akobah lalu menyeru,”wahai sekalian manusia siapakah diantaramu
yang menolong aku untuk menyampaikan amanat-amanat tuhankau dan kamu akan
memperoleh surga.
Hai sekalian manusia katakan lah tidak ada tuhan melainkan allah
dan aku (muhammad) adalah utusan allah kepadamu niscaya kamu akan berbahagia,
dan kamu memperoleh surga.” Kata nabi,” tidak ada seorangpun baik laki-laki
maupun perempuan, baik hamba sahaya perempuan dan anak-anak kecil, melainkan
semua mereka itu melempariku dengan tanah dan batu sambil bertriak” pendusta
yang murtad. “kemudian muncullah seseorang dan berkata, hai muhammad jika
engkau rasullulah maka sudah sampailah waktunya engkau mendoakan kecelakaan
atas mereka itu sebagaimana nabimu mendoakan kecelakaan atas kaumnya. Maka
berkata rasullah, “ hai tuhanku berilah petunjuk kaumku ini, karena mereka
tidak mengetahui dan tolonglah aku supaya mereka mengikuti ajakan-ajakanku agar
mereka taat kepadamu.” Kemudian datanglah Abbas paman rasul menolongnya dan mengusir orang-orang itu.[14]
c.
Tafsiran
Alladhina amanu ialah
orang-orang muslim. Alladhina haduu ialah oarang yahudi. Assobiun
pada umumya adalah golongan penyembah berhala sebelum diutusnya Rasullulah SAW.
Dan orang-orang yang menyembah allah saja tanpa mengikuti agama tertentu. Orang
seperti ini banyak terdapat di kalangan bangsa arab juga sedangkan annasoro
ialah para pengikut Nabi Isa Allaihissalam.
Ayat ini
menetapkan bahwa apapun agamanya, sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada
allah dan hari akhir serta melakukan amal soleh menurut pemahaman yang tersirat
dan tersurat dalam ayat-ayat lain bahwa mereka melakukan hal itu menurut ajaran
yang di bawa oleh rosul terakhir maka mereka akan selamat, “maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. “tidaklah membahayakan
bagi mereka keadaan mereka sebelumnya dan nama-nama serta identitas-identitas
mereka terdahulu. Karena yang penting adalah identitas mereka yang terakhir.
Apa yang kita tetapakan sebagai
pemahaman tersirat dari ayat ini adalah termasuk “sesuatu yang dimaklumi dan
dengan pasti dalam agama”.di antara kejelasan akidah ini iayalah bahwa Nabi
Muhamad SAW adalah penutup para nabi. Beliau di utus kepada seluruh manusia.
Semua manusia meskipun berbeda-beda aliran, agama, kepercayaan, kebangsaan, dan
tanah airnya diseru untuk beriman kepada agama yang di bawa oleh rasul terakhir
sesuai dengan ajaran yang di bawanya baik yang umum maupun terperinci.
Orang yang tidak mengimaninya sebagai
rasul, tidak mengimani ajaran yang di bawanya secara global ataupun terperinci,
maka ia adalah orang yang sesat dan tidak akan ditrima oleh allah agama
terdahulu yang masih di peluknya. Ia tidak termasuk kelompok orang yang di
sinyalir allah dengan firmanya, “Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak pula mereka bersedih hati”.
Inilah hakikat prinsipil yang sudah dimaklumi secara pasti dari agam yang
tidak boleh disembunyikan atau ditutup-tutupi oleh orang yang benar-benar
muslim, didalam menghadapi realitas jahiliyah yang besar tempat manusia hidup.
Ini adalah hakikat yang orang muslim tidak boleh lupa menegakkan hubungannya
dengan seluruh warga bumi, dari berbagai pemeluk agama dan aliran. Maka, tekanan
jahiliah tidak boleh menjadikannya mengangap salah satu agama atau aliran ini
seperti beragama dengan agama yang diridhoi Allah, lantas ia bekerjasama
dengannya dan memberikan loyalitas kepadanya.
Sesunggunya wali atau penolong itu
hanyalah Allah seperti tercantum dalam surat Al-Maidah
Ayat 56,” barang siapa yang menjadikan Allah, rasulnya, dan orang-orang yang
beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang
pasti menang”, bagemana kondisi lahiriah semua urusan. Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal soleh, dengan prinsip bahwa
hanya islam ini satu-satunya agama yang di trima Allah maka dia tidak akan
mersa takut dan bersedih hati. Mereka tidak merasa takut di dunia dan akhirat.
Mereka tidak bersedih hati melihat kuatnya kebatilan dan kejahiliahan yang
bertumpuk-tumpuk. Mereka tidak khawatir terhadap dirinya yang beriman dan
beramal solehmereka pun tidak bersedih hati.[15]
IV.
ANALISIS
Posisi Islam diantara agama-agama
lain tampak bersifat adil, obyektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang
adil, ajaran Islam mengakui peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada
didunia. Dengan sifatnya yang obyektif, Islam memperbaiki dan meluruskan
ajaran-ajaran agama yang salah dan tersesat.Dengan bersifat proporsional, Islam
memberikan perhatian terhadap ajaran agama yang tidak seimbang. Islam adalah
agama yang terbuka, mau berkompromi dan berdialog dengan agama lain. Dengan
sifatnya yang demikian ini, Islam telah tampil sebagai penyempurna, korektor,
pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.
Setiap ajaran agama-agama tersebut
memiliki perbedaan yang berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik,
yakni peribadatan.Terhadap hal ini masing-masing agama dianjurkan untuk saling
menghargai dan menghormati.
Islam adalah agama perdamaian, jauh dari sikap
bermusuhan dan bukan agama kaum teroris. Terjadinya pertentangan antara satu
agama dengan agama lain sebagaimana terlihat dalam sejarah, sama sekali bukan
disebabkan karena faktor agama, melainkan karena faktor-faktor lain yang
mengatasnamakan agama. Hal seperti ini harus segera dicegah dan dikembalikan
kedalam situasi yang merperlihatkan keharmonisan hubungan antara agama-agama
yang ada didunia. Selain hal-hal diatas yang paling utama di buat acuan dan
al-hadis yang menjadi suber ajaran islam.
V.
KESIMPULAN
Sesungguhnya agama islam adalah agama yang Rahmatan Lil Alamin.
Agama yang dapat memberikan rahmat bagi
ummat manusia. Bukan agama yang cinta akan kekerasan. Mekipun berlainan agama
agama kita tidak menganjurkan untuk saling bertengkar ataupun membenarkan
pendapatnya sendiri. Berawal dari hal tersebutlah kita sebagai umat muslim
harus bisa bersikap sebagaimana yang telah Al-Quran telah ajarkan kepada kita.
Islam
berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan
semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai adanya kebiasaan
masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah
leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh
islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur
kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya , sedangkan daging
kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Upaya
yang dilakukan dengan cara persuasif misalnya islam melihat adanya hal-hal yang
tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain Islam
mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak
menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara
bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan
tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut
benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat
pada larangan meminum minuman keras. Dalam proses pelarangan itu, Islam
menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya,
kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya.
Setelah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu
pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.
VI.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun.
Kami menyadari bahwa mkalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan
saran yang konstrutif sangat kami harapkan demi kebaikan pada pembuatan makalah
kami selanjutnya.akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
[2]
http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/
DI unduh 28/10/2013 20:21
[3]
Ahsin
W. Al Hafidz, Kamus Ilmu AL Quran, (Jakarta : Amzah,2008), hlm 9.
[4] Ahmad
hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm 112
[5]
Ahmad
hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009),
hlm 52.
[6]
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta
: Lentera Hati,2002), hlm 40.
[7] Ahmad
hatta, Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah,
(Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm
61.
[8] Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta :
Lentera Hati,2002), hlm 190-191.
[9]Ahmad hatta,
Tafsir Quran
Perkata di Lengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm 64
[11] DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya,
(Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm.326-328.
[12] Ahmad hatta,
Tafsir Quran Perkata di Lengkapi dengan Asbabun
Nuzul dan Terjemah, (Jakarta, Maghfiroh Pustaka:2009), hlm.95.
[13]
DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya,
(Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm 209.
[14]DEPAG RI, Al-Quran Dan Tafsirnya,
(Intra Abadi: Jakarta, 2010), hlm.203
[15]http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/id.html Di unduh 28/10/2013 20:15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar